Kota Yogyakarta yang memiliki potensi sebagai
kota budaya, kota pendidikan, dan kota wisata yang banyak dikunjungi oleh para
wisatawan dari berbagai daerah. Hal demikian dapat dilihat dari jumlah
pengunjung ke Jogja dari tahun ketahun yang semakin meningkat. Dapat kami
sajikan kenaikan jumlah pengunjung dari tahun 2006-2008 sebagi berikut.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisata Nusantara ke Kota
Yogyakarta Tahun 2006-2008
Tahun
|
Jumlah
|
2006
|
636.537
|
2007
|
1.159.805
|
2008 (s/d 5 Okt
08)
|
1.303.042
|
Tabel tersebut menguraikan perkembangan jumlah
kunjungan wisatawan nusantara ke kota Yogyakarta. Jumlah Wisatawan nusantara
yang berkunjung ke kota Yogyakarta dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan
yang cukup berarti jika dilihat sejak bencana gempa tahun 2006. Sehingga dapat
diprediksikan bahwa kota Yogyakarta berpotensi sebagai kota wisata.
Beragam
motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta diantaranya yaitu
untuk berlibur, konvensi, kursus, jenguk saudara, berobat, ziarah, dinas,
bisnis, dan lain sebagainya.
Diagram dibawah menggambarkan persentase
motivasi wisatawan nusantara ke Yogyakarta. Dimana sebagian besar responden
wisata nusantara, tujuan utama kunjungan ke Yogyakarta adalah untuk berlibur.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa 57% dari
responden wisata nusantara bertujuan berlibur dalam kunjungannya ke Yogyakarta. Adapun persentasenya sebagai berikut.
Diagram Persentase Motivasi Wisatawan Nusantara ke Yogyakarta
Ketersediaan Objek Wisata di Yogyakarta
Lokasi Objek dan Daya Tarik Wisatawan (ODTW)
yang berada di Kota Yogyakarta dibagi menjadi tiga klasifikasi sesuai dengan UU
No. 9 tahun 1990 yaitu objek wisata alam, budaya, dan buatan. Adapun ODTW
peringkat enam besar di Kota Yogyakarta yang banyak dikunjungi wisatawan
nusantara yaitu sebagai berikut.
Tabel 2. Peringkat Enam Besar objek Wisata yang Banyak Dikunjungi
Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2007
No.
|
ODTW
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
Jumlah
|
Jumlah
|
Jumlah
|
Jumlah
|
Jumlah
|
||
1
|
Kebun Raya Gembiraloka
|
915.109
|
932.087
|
993.886
|
794.685
|
669.907
|
2
|
Kraton Yogyakarta
|
621.233
|
581.556
|
374.992
|
374.992
|
311.084
|
3
|
Museum Sunobudoyo
|
25.136
|
35.568
|
290.951
|
152.089
|
119.645
|
4
|
Siti Hinggil
|
268.412
|
277.619
|
297.982
|
285.581
|
342.697
|
5
|
Museum Bt. Vredeburg
|
71.916
|
95.806
|
112.002
|
286.15
|
73.944
|
6
|
Taman Sari
|
60.135
|
64.185
|
125700
|
52.146
|
35.751
|
Sumber
: Statistik Diparda DIY 2003-2007
Berdasrkan tabel diatas, peringkaat enam besar
lokasi Objek dan Daya Tarik Wisatawan (ODTW) yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan nusantara dari tahun 2003-2007 yaitu Kebun Raya/Kebun Binatang
Gembiraloka (KRKB Gembiraloka), dengan demikian bahwa wisatawan nusantara
menginginkan untuk berlibur pada ODTW yang masih berbasis alam terkait dengan
tumbuhan dan binatang. Dalam peringkat enam besar ini hanya tersedia di Kebun
Raya/Kebun Binatang Gembiraloka (KRKB Gembiraloka). Jadi minat wisatawan dan
masyarakat perkotaan akan objek alam sangat tinggi.
Salah satu data profil demografi wisatawan
nusantara yaitu tingkat pendidikan wisatawan ke Yogyakarta. Adapun persentse
tingkat pendidikan wisatwan nusantara sebagai berikut.
Diagram Persentase Tingkat pendidikan Wisatawan Nusantara
Sumber:
Diolah dari hasil observasi lapangan, 2008
Berdasarkan diagram di atas ternyata tingkat
pendidikan responden wisatawan nusantara dibagi menjadi 7 golongan. Ketujuh
golongan terebut adalah wisatawan nusantara dengan tingkt pendidikan SD, SMP,
SMA, Akademi/D3, S1, S2, dan S3. Pada diagram di atas terlihat bahwa lebih dari
50% wisatawan yang datang ke Yogykarta adalah wisatawan yang mengenyam
pendidikan tinggi S1 sampai dengan S3 (mahasiswa). Sedangkan sisanya adalah
wisatawan yang mengenyam pendidikan dasar ( SD-SMA).
Data tesebut merupakan salah satu referensi
dalam menggambarkan kondisi kepariwisataan kota Yogyakarta. Dengan adanya data
ini dapat disusun suatu konsep dan strategi pemasaran pariwisata Kota
Yogyakarta. Konsep dan strategi
pengelolaan dan pemasaran yang telah disusun ini merupakan salah satu
masukan bagi stakeholder terkait dalam pengelolaan, sehingga dapat memberikan pelayanan
kepada pengunjung dan daya tarik wisatawan.
Objek Wisata Alam Kaliurang
Dalam kajian objek wisata alam di Yogyakarta,
disini terdapat salah satu objek wisata alam yaitu ODTW Kaliurang. Untuk
mengetahui daya tarik wisatawan akan objek wisata alam, maka kami akan
memaparkan data jumlah pengunjung wisata alam kaliurang tahun 2006.
Tabel 3. Data jumlah
pengunjung tahun 2006 berdasarkan
hari kunjungan
Hari
|
Jumlah pengunjung
|
Sumber
|
Senin-Jumat
|
300-700
|
Harian Jogja
|
Sabtu-Minggu
|
1600-2000
|
Harian Jogja
|
Hari
raya Idul Fitri
|
5000
|
KapanLagi.com
|
hari
Natal
|
3700-3900
|
Harian Jogja
|
tahun
baru
|
> 4000
|
Harian Jogja
|
Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang
signifikan jumlah pengunjung wisata alam Kaliurang sepanjang tahun 2006 yaitu
pada hari libur akhir pekan atau hari libur nasional.
Meningkatnya jumlah pengunjung Kaliurang ternyata berdampak pada peningkatan tingkat hunian, sekitar 250 hotel yang terdiri dari kelas bintang, melati maupun pondok wisata. Dalam segi tempat
penginapan memang tempat penginapan di Kaliurang cukup memadai. Tetapi hal
tersebut sangat mempengaruhi fungsi ekologis Kaliurang itu sendiri, sehingga
dapat menghilangkan sifat alami Kaliurang. Seiring dengan laju kenaikan jumlah penginapan, sehingga meningkatkan tingkat erositas tanah di Kaliuarang.
Aktivitas wisatawan dan
fasilitas yang ada seperti hiburan masyarakat dengan segala macam jenisnya,
misalnya dengan diadakannya panggung hiburan yang dapat menimbulkan polusi
suara yang secara tidak langsung akan mengganggu satwa disekitarnya. Aktivitas
tersebut tak jauh beda dengan aktivitas yang sering dilakukan di kota-kota
besar. Pergeseran fungsi tersebut dapat menurunkan nilai
kefaedahan objek wisata Kaliurang, serta menurunkan motivasi
wisatawan
datang ke Kaliurang.
Fungsi ekologis lain yang terganggu yaitu bergesernya etika
lingkungan. Terganggunya kehidupan fauna dan hak
fauna untuk hidup bebas dengan habitat aslinya. Hal
tersebut dapat dilihat dari populasi monyet yang berbaur dengan wisatawan/pengunjung, padahal
monyet termasuk dalam kategori
binatang liar yang hidupnya tidak berdampingan dengan manusia.
Sebagai salah satu objek wisata yang ada di kota Yogyakarta,
tentunya Kaliurang juga terdapat fasilitas penginapan, villa, bungalow dengan
harga yang bervariasi dan terjangkau semua kalangan. Sebenarnya hal tersebut
bagus yaitu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
pemerintah dan masyarakat sekitar objek wisata Kaliurang. Tetapi perlu diingat kembali, konsep objek
wisata alam dalam pengelolaan itu harus mendudukkan hak objek, pengunjung, dan
masyarakat dalam kesetaraan, tidak boleh mementingkan kepentingan paham
antroposentrik untuk masyarakat atau pengunjung saja, melainkan harus
memperhatikan kondisi objek yang secara bersama-sama kita jaga sifat dan
fungsinya sebagaimana mestinya. Seperti halnya peningkatan
jumlah hunian atau penginapan di Kaliurang akan menambah keruwetan dalam tata
ruang, sehingga dapat
menghilangkan nilai estetika Kaliurang sebagai objek wisata alam.
Objek Wisata Alam Wanagama 1
Wanagama Bedrock Forest
(WBF) terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jika kita
menuju kota Wonosari, kita akan melintasi desa Gading yang
terletak lebih kurang 35 kilometer dari kota Yogyakarta. Dari desa Gading ini,
kita akan tiba di Hutan Pendidikan
Wanagama I. Dari Kota Yogyakarta hanya memerlukan waktu satu jam jika
menggunakan kendaraan bermotor menuju arah Laut Selatan, dimana disana terdapat
sejumlah pantai berpanorama indah dan belum terjamah kebisingan serta
hiruk-pikuk.
Hutan Wanagama merupakan salah satu di antara objek wisata unggulan
yang ditawarkan kepada wisatawan. Padahal sebelumnya kawasan perbukitan ini kondisinya gersang dan
nyaris gundul. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang diprakarsai Oemi
Hani’in Suseno – waktu itu menjabat sebagai dekan – dan Tri Setyo seorang dosen
fakultas tersebut mencoba menghutankan kembali lahan seluas 10 ha pada tahun
1964 di wilayah itu
Misi yang diemban
Wanagama I adalah :
- Wanagama I sebagai hutan pendidikan dan penelitian
- Wanagama I sebagai hutan percontohan
- Wanagama I sebagai wahana penyuluhan
- Wanagama I sebagai hutan wisata dan wisata ilmiah
Dari keempat misi tersebut, saat ini sebagian besar telah terwujud. Di
bidang penelitian dan pendidikan, Wanagama I telah mencetak berpuluh sarjana
kehutanan, baik S1, S2, maupun S3.
Keunggulan Hutan Wanagama I dibandingkan dengan Hutan yang lain yang
menjadi tempat wisata adalah di Wanagam I misi yang diemban pertama adalah
pendidikan dan penelitian sehingga funsi yang di bawahnya bisa tercakup secara
langsung ataupun tidak langsung sedangkan hutan wisata seperti kaliurang hanya
mengedepankan misi wisata saja.
Di bidang penelitian, Wanagama I menjadi pusat uji genetik dan sumber
benih yang langka dan jenis-jenis
komersil. Wanagama sebagai tempat percontohan lahan
kritis, penyuluhan, dan wisata ilmiah, Wanagama I menjadi kajian studi banding
dari Perum Perhutani, Dinas Kehutanan, mahasiswa, anak sekolah, pramuka, dan tamu-tamu
dari luar negeri. Sejak tahun 1987, Wanagama I bekerja sama dengan Mayasari dan
Sanggar Bambu membuat paket wisata hutan sehari, dalam rangka menggalakkan
bidang wisata berwawasan lingkungan.
Proyeksi pembangunan
Wanagama I di masa yang akan datang adalah:
- Sebagai pensuplai benih unggul pohon-pohon hutan ke berbagai wilayah Indonesia.
- Mereboisasi daerah-daerah lain yang pedoklimaksnya setipe dengan Wanagama I (Bali, NTB, NTT, Sulteng) agar dapat lebih berhasil.
Wanagama Bedrock Forest
(WBF) merupakan arena belajar lengkap di
lapangan. Wanagama memiliki beragam tanaman, persemaian pohon (greenhouse), topografi
berbagai bentuk, bermacam lapisan batuan bumi, sumber air, sungai, air terjun,
iklim mikro, serta interaksi sosial-ekonomi dengan masyarakat sekitarnya. WBF
juga ibarat laboratorium alam terbuka seluas 6 juta m². Wanagama Bedrock Forest
merupakan tempat yang tepat untuk melakukan penelitian.
Untuk
menunjang proses pendidikan dan penelitian, Wanagama Bedrock Forest (WBF) juga
memiliki museum kayu. Koleksi museum antara lain : meja lurah dari Jepara, Arca
Gupolo dari kayu sengon, meja dan kursi mantan Menteri Kehutanan RI Ir.
Sudjarwo, gebyok kayu jati berukir khas Jepara, fosil kayu jati yang berumur
ratusan tahun, serta aneka macam barang kerajinan kayu dari berbagai daerah di
Indonesia, perpustakaan, ruang seminar, sumber dari kalangan dosen serta
pemandu yang ramah dan profesional dari UGM, serta tempat bermalam. Fasilitas
yang mendukung museum : warung makan khas Wanagama, Pasar Seni, Agroforestry,
berbagai jenis pertamanan percobaan (jati monfori, nangka, perupuk, acacia, dan
lain-lain), Camping Ground (areal perkemahan), kelas 4 ruang, asrama, dan
gedung serba guna.
Untuk murid sekolah dasar, Wanagama Bedrock Forest menyediakan arena
kegiatan khusus, yaitu "Forest for Kids". Fasilitas ini berupa petak hutan yang
memiliki sistem pengamanan khusus sehingga anak-anak bisa belajar dengan aman.
Selain berupa lingkungan hutan, "Forest for Kids" juga menyediakan fasilitas belajar
di kolam dari sumber air yang dibangun khusus pula untuk menjamin keamanan
murid. Untuk memastikan anak-anak tetap bersemangat, Wanagama Bedrock Forest
menyediakan arena bermain di tengah alam terbuka.
Dengan berbagai faktor alam yang eksotis yang ada, Wanagama Bedrock
Forest (WBF) menjadi tempat wisata lingkungan yang lengkap bagi keluarga, klub,
dan komunitas untuk menyelenggarakan gathering, jambore, reuni, seminar,
workshop. Pengunjung yang ingin menikmati udara segar dan suasana tenang bisa
melakukan forest walk atau jogging dengan aman, nyaman, dan sehat.
Terdapat pula fasilitas forest bike bagi penggemar olahraga
bersepeda MTB atau sekadar untuk kesenangan, Jarak setiap rute bervariasi,
mulai dari 4 km, 13 km hingga 18 km. Dalam areal hutan, terdapat fasilitas permainan
air-soft gun, paint ball, ataupun forest trekking, latihan survival, serta
latihan lapangan search and rescue (SAR) di medan berbukit.
Sebagai miniatur hutan dengan berbagai tanaman Indonesia yaitu dengan adanya barisan jenis pepohonan yang
akan menemani perjalanan menyusuri hijaunya Wanagama. Selain tanaman, Wanagama
juga memiliki keindahan lain berupa tiga aliran air yakni Sungai Oya, Sendang
Ayu, dan Banyu Tibo. Ketiganya menawarkan kesegaran dan kesejukan saat lelah
menghampiri setelah mengelilingi Wanagama
Selain itu juga terdapat penangkarkan satwa langka, yakni Rusa timor di
Hutan Wanagama. Penangkaran itu sudah berlangsung sejak 1999 dalam upaya ikut
mencegah satwa langka dari kepunahan. Rusa timor (Cervus timorensis)
merupakan binatang asli Indonesia yang dijumpai di daerah Pulau Jawa, NTB, NTT,
Sulawesi, dan Papua. Populasi binatang itu semakin berkurang menyusul perubahan
dan perusakan lingkungan yang berlangsung cepat akibat pertambahan penduduk dan
meningkatnya perburuan liar.
Wanagama juga ingin mendudukkan hak-hak objek, wisatawan, dan
masyarakat dalam kesetaraan melalui program agroforestri yaitu wanagama bekerja
sama dengan warga sekitar hutan untuk bersama-sama menjaga hutan, dalam
upayanya wanagama menawarkan sebagian hutan untuk dikelola masyarakat secara
tumpang sari (menggabungkan tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian)
sehingga meskipun ada pengelolaan lahan tetapi fungsi hutan tetap terjaga. Hubungan
mutualisme tersebut diantaranya : Beternak sapi merupakan mata pencarian
sebagian besar masyarakat sekitar Wanagama. Masyarakat diperbolehkan menanam
rumput kalanjana di sela-sela lahan kosong Rumput tersebut menjadi makanan bagi
sapi-sapi milik warga. Sebagai timbal baliknya, Wanagama mendapat pupuk kandang
yang berasal dari kotoran ternak.
Hutan wanagama telah memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk
budidaya lebah madu yang terdapat di sebelah timur laut Wanagama dan sutra alam
yang berada di tengah rimbun lahan Wanagama yang merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang
telah dibudidayakan dan saat ini dalam tahap pengembangan.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebagaimana diuraikan di
atas, maka kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ketersediaan
Objek dan Daya Tarik Wisatawan (ODTW) wisata alam di daerah perkotaan di
Yogyakarta jumlahnya sangat terbatas.
2.
Objek
wisata alam Kaliurang saat ini telah kehilangan nilai kealamiannya.
3. Hutan Pendidikan Wanagama 1 merupakan
terobosan yang cukup cerdas dalam menjawab permasalahan masyarakat perkotaan di
Yogyakarta dalam upaya memenuhi kebutuhan objek wisata alam yang terbatas.
4.
Hutan
wanagama 1 dapat dijadikan salah satu objek wisata alam yang eksotik dengan
segala potensi yang ada dalam hutan Pendidikan Wanagama 1.